DARK (aira pov)

 Sejak memiliki nira banyak hal yang aku pelajari dan pertimbangkan, sekarang aku lebih sering bernyanyi untuk acara amal yang biasanya di lakukan di luar negeri dan tak jarang juga aku ikut berpartisipasi dalam acara amal lainnya dan terjun langsung dalam menemui masyarakat atau pun korban. 

Beberapa waktu belakangan ini perusahaan di bawah naungan everest corp yang miliki devan sedang menjadi sorotan karena anak perusahaan yang ada di bidang shipping di temukan puluhan kontainer berisi puluhan kotak kayu panjang-panjang yang di duga di jadikan sebagai media perdagangan manusia.

Entah benar atau tidak tapi sejak berita itu heboh mencuat kemana-mana aku lebih memilih untuk tetap di rumah dan semua akun sosmed official pun tidak ada yang aktif.

Terlepas dari benar atau tidaknya berita tersebut, aku malas berinteraksi dengan orang-orang di sosmed yang tak jarang mengajarkan sopan santun dan etika namun terkadang lupa dirinya sendiri tidak memiliki sopan santun dan etika di sosmed.

Lagi pula aku tidak ingin stress atau berlarut-larut memikirkannya karena aku masih memberikan ASI ekslusif pada nira dan aku tidak mau ASI nira terganggu karena aku stress.

Devan, dia hanya diam saja namun tak jarang pulang dengan tubuh dan baju berlumuran darah dan aku menyuruhnya untuk tidur di kamar lain saja. Beberapa bulan sejak berita itu menghebohkan dunia devan semakin sering pulang larut malam dan saat pulang dalam kondisi bersih dia lebih memilih untuk merokok sambil minum di balkon.

Sesuatu hal yang jarang devan lakukan, kami jarang bicara tapi tidak berarti kami tidak saling mengetahui satu sama lain. Devan kalau lagi kumat akan begitu bawel dan berisik tapi saat dia dalam mode anteng dia akan irit bicara dan lebih sering memperhatikan dalam diam layaknya elang yang memantau buruannya. Semakin waktu berjalan berita itu perlahan memudar dan lenyap dengan sendirinya.

Aku pun mulai kembali beraktifitas di luar meski tidak sepadat dulu dan kali ini aku di minta untuk melatih anak-anak SD untuk bernyanyi di paduan suara, mengajar anak kelas 1-3 SD terasa seperti sedang mengembala kambing tapi tak apa dan aku pun melatih mereka selama sebulan. Dimana minggu-minggu awal begitu sulit tapi akhirnya berhasil dan mereka cukup terkendali begitu tampil di atas panggung.

Begitu pulang aku yang memeluk beberapa buket bunga di depanku melihat devan yang sedang duduk di  di mini bar dekat pintu akses ke kolam renang dan dia terlihat aneh. "Oh istriku baru pulang" ujar devan setelah melihatku dan aku memberikan buket-buket itu pada pelayan "tolong di tata di vas ya" ujarku dan pelayan itu menganggukan kepalanya dan lekas pergi dan aku menghampiri devan " kamu kenapa lagi sekarang?" Tanyaku.

"Kamu.mati" racau devan dan aku terdiam menatap devan "aku memang sudah mati sejak menikah denganmu" ujarku dan dia terkekeh dan dia menatap perutku dan menusuknya dengan telunjuknya "ayo kita buat anak lagi yang banyak" ujar devan dan aku menepis tangan devan.

"Aku sedang dalam periode ku" ujarku dan devan terkekeh "setelah selesai bukannya masa subur, kita bikin saja langsung setelah kamu selesai full seharian kita bikin" ujar devan dan aku menghela nafas.

"Aku lelah mau mandi dulu" ujarku dan devan menarik tanganku dan meletakannya di kepalanya "elus-elus, seperti kamu elus-elus nira" ujar devan dan aku mengelus-elus rambutnya dan tiba-tiba saja dia menangis.

Jujur saja aku lebih suka devan dalam mode mabuk begini karena terasa lebih manusiawi dan normal namun hal ini jarang terjadi karena devan memiliki tingkat toleransi yang tinggi  jadi ya di nikmati saja mumpung lagi mabuk.

Dia menangis cukup lama hingga akhirnya tertidur dan aku meletakan kepalanya di meja bar dan membiarkannya tidur saja di sana dan aku segera naik ke kamarku dan mandi lalu berpakaian.

Lalu aku pergi ke kamar bermain nira dan aku lihat nira sudah tertidur di box bayinya dan baby sitternya juga tertidur di dekat baby box nya ," bangunlah pindah ke kamarmu" ujarku pada baby sitter itu dan dia menganggukan kepalanya dan aku membawa nira kembali ke kamarku dan membawanya tidur di kasurku dan aku memeluknya dan dia membalik badannya dan dia  membuka mulutnya dan aku terkekeh.

"Kamu bau susu tau, tapi mama suka kok" ujarku sambil mengusap punggungnya "selamat tidur tumpukan kolagen" ujarku dan aku lihat dia tersenyum lebar dan aku pun tidur sambil memeluknnya.



Comments

Popular posts from this blog

usque in finem: the truth behind the perfect (EXTRA CHAPTER)

lanjutan bab 11 DARK