another heaven called love chapter 2

 

BAB 2

Lita keluar dari mobil dan berjalan menuju teras sedikit terburu-buru karena menghindari hujan yang masih mengguyur meski tidak sederas tadi dan begitu dia membuka pintu rumah dia lihat suaminya sudah bersiap dengan handuk “maaf gak keluar membawakan payung, aku lupa nyimpen dimana payung kita” ujar suaminya dan lita mengangguk dan mengambil handuk dari tangan suaminya “gak apa” ujar lita sambil melepas sepatunya dan dia berjalan masuk sambil berjinjit “jalan biasa saja, gak apa kotor aku bisa mengepel  lagi” ujar suaminya dan lita menggelengkan kepalanya “bisa kau siapkan Pereda nyeri ku, migrainku sepertinya kumat” ujar lita dan suaminya segera membuka kotak obat mencari obat migrain lita.

Sedangkan, lita sedang berendam air hangat dan dia menyentuh kalung berbandul asronot pemberian andreas dan dia teringat saat menerima telpon tadi dimana kedua rumah sama-sama mengkhawatirkan raja dan ratu nya dan lita merasa sangat tertekan dan sesak. Selingkuh?

Entahlah, lita merasa hubungan atau apa pun yang ada di antara dirinya dan andreas hanyalah kedekatan semata saja terlebih lagi mereka berdua saling mengenal sejak kuliah dulu namun setelah lulus mereka kehilangan kontak masing-masing.

Rasanya dia begitu sia-sia jika dia sampai selingkuh dan berpaling dari suami nya yang sebaik itu tapi jujur saja rasanya begitu sesak saat di rumah maka dari itu weekend lita sering mengambil kelas atau mengikuti kegiatan apa pun yang bermafaat yang menjauhkannya dari rumah.

Selesai berendam lita keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah mandi dan handuk kecil yang di pakai untuk mengeringkan rambutnya dan dia mengambil hair dryer dan mengeringkan rambutnya dan dia melihat suaminya sedang mengepel lantai yang basah karena kaki dan celana nya yang basah tadi.

Lalu dia melihat tumpukan naskah film-film milik suaminya yang menumpuk lalu dia lihat puluhan poster serta foto suaminya dengan latar film yang Berjaya dan meraih penghargaan serta foto dan poster para artis yang membintangi film karya dari suaminya beserta suaminya, oh tuhan saat punya suami yang 11 12 dengan hanung bramantyo atau manoj Punjabi sungguh menyenangkan bukan.

Hingga matanya berhenti di sebuah pigura kecil berisikan foto 3 orang yang duduk bersusun dengan posisi si anak laki-laki duduk paling depan di susul ibu di tengah dan ayah di belakang dan mereka saling menjewer kuping di depannya sambil tersenyum lebar ke arah kamera.

Lita pun keluar dari kamarnya dan suaminya menyajikan segelas coklat panas dan mereka duduk di sofa sambil menikmati coklat panas dan mereka berdua saling berdiam diri dan menikmati kesunyiaan yang ada seperti selama ini.

“ayo adopsi anak”

“ayo cerai”

Ujar keduanya bersamaan dan keduanya memasang wajah kaget mendengar ucapan satu sama lain dan suaminya langsung meletakan gelasnya di meja “lho kok tiba-tiba? Ada apa? Coba di omongin dulu” ujar suami lita dan lita menggelengkan kepalanya dan dia menitikan air mata “maaf, setelah sekian tahun ini aku Cuma bisa kasih perceraiaan sebagai akhir dari ini semua” ujar lita dan suaminya duduk mendekat dan memegang tangan lita yang masih memegang gelas coklat panas “kenapa?” tanya suaminya dan lita menggelengkan kepalanya “setelah ku pikir lagi, lebih baik kita berpisah dari pada saling menyakiti seperti ini” ujar lita dan suaminya mengusap pipi lita pelan “aku gak merasa tersakiti kok, kita baik-baik aja kok Cuma butuh waktu untuk saling bicara aja” ujar suaminya lita dan lita menghela nafas.

I see someone else” ujar lita pasrah dan keterdiaman terjadi cukup lama di antara mereka berdua hingga suami lita mengambil gelas berisi coklat panas dari tangan lita dan meletakannya di meja “sejak kapan?” tanya suaminya dan lita juga bingung sejak kapan dirinya dan andreas mulai menghabiskan waktu di parkiran dan lita memijat keningnya dan tiba-tiba suaminya bangun dari sofa dan mengambil obat migrain serta air putih “ini minum dulu obatnya tadi kamu minta” ujar suaminya seraya memberikan obat dan segelas air dan lita meminumnya.

“aku gak inget sejak kapan dan gimana awalnya” ujar lita dan suaminya hanya duduk di sofa sambil menatap lita yang terlihat bingung “kami sama-sama menikah dan entahlah semua itu terjadi begitu saja” ujar lita dan suaminya mengangguk “did you ever sleep with him?” tanya suaminya dan lita menggelengkan kepalanya dan terkekeh sambil menahan air matanya.

“entahlah, kami saling-“ lita terdiam di tengah-tengah ucapannya dan suaminya menggengam tangannya.

“kamu tidur gih, ini udah malam banget besok takut telat” ujar suaminya dan lita menurut dan dia masuk ke kamarnya dan tidur sambil tetap memakai jubah mandinya dan tidur berbalut selimut tebal nan hangat.

Sedangkan suaminya di depan tengah membereskan gelas sehabis minum coklat panas sambil memikirkan ucapan lita barusan, selingkuh. Sungguh masih tidak percaya rasanya

Keesokan harinya lita sudah rapih dan siap berangkat ke kantor dan dia lihat suaminya tengah membetulkan kran air depan yang dekat taman kecil mereka “aku berangkat duluan ya” ujar lita lalu dia masuk ke dalam mobil dan mengendarainya menuju kantornya dan begitu tiba di kantor dia memilih untuk naik ke lantainya menggunakan tangga darurat.

Gedungnya memiliki 11 lantai dan dia bekerja di lantai 10, lantai 11 pun hanya area rooftop dan Gudang jadi-jadian. Di anak tangga pertama lantai 1 seketika ingatan mengenai awal kedekatannya dengan andreas mulai terputar di otaknya dan terus berputar hingga dia berhenti di depan pintu darurat lantai 10. 10 tahun sudah ternyata dirinya dan andreas menjalani hubungan aneh ini dan saat dia mau membuka pintu darurat lantai 10 dia mendengar langkah kaki mendekat dan dari ketukan sepatunya dia tahu siapa yang datang mendekat di sertai aroma maskulin yang menenangkan.

“lita” ujar andreas pelan dan lita menitikan air mata dan berbalik menatap andreas “I told him I seeing somebody else and when I walk into our floor I just realise we’ve been together in this unknown relationship for 10 years” ujar lita dan andreas terdiam mendengar ucapan lita barusan “bukan, kamu salah menghitungnya” ujar andreas pelan dan lita menunduk dan meremas erat pegangan tas nya “the unknown relationship that you count as 10 years is wrong, It’s been start even before you married, we both married. I fall in love you since the collage”  ujar andreas dan lita terhenyak dan lita menutup mulutnya dengan punggung tangannya agar meredam isakan tangisnya.

Entahlah, rasanya begitu sesak dan berat.

Hari itu setelah pulang kerja untuk pertama kalinya mereka tidak saling bertemu di parkiran seperti setiap malam yang sudah mereka lalui dan malam ini lita mampir ke pemakaman khusus di mana makam putranya berada dan begitu tiba lita langsung bertemu dengan pengurus pemakaman yang bertugas malam “malam bu, mau di temani atau sendirian?” tanya pengurus tersebut dan lita menggelengkan kepalanya “saya bisa sendiri” ujar lita dan petugas itu menganggukan kepala dan memberikan senter berukuran sedang kepada lita dan dia pun pamit meninggalkan lita dan kembali menjalan tugas malamnya.

Di keheningan dan dinginnya malam lita berjalan pelan menuju makam putranya dan dia sama sekali tidak menyalakan senternya dan dia berjalan terus saja di bawah rimbunnya pepohonan dan begitu dia sampai dia menyalakan senternya dan menyorotnya ke arah batu nisan bertuliskan nama putranya.

“mama dateng, mama di sini jangan takut” ujar lita pelan dan dia lihat makam putranya sangat terurus dan bersih lalu dia duduk di pinggir makam anaknya di bagian keramik dan dia mengusap batu nisan putranya “nak, tahu gak selama ini mama nemuin orang lain di belakang papi” ujar lita pelan setelah sekian lama terdiam dan lita menghapus air matanya “mama gak pernah niat untuk selingkuh atau berpaling tapi semuanya terjadi begitu saja” ujar lita dan dia menyentuh lehernya “om andreas kasih mama kalung dan liontinnya asronot kecil dan mama inget cita-cita kamu jadi asronot” ujar lita dan menunduk dan menangis.

“maafin mama ya nak belum bisa jadi ibu yang baik selama ini” ujar lita dengan senggugukan dan dia meremas tanah yang ada di permukaan makam “pasti kamu bahagia ya di sana bisa bebas dan melayang kemana aja jadi asronot sekalian” ujar lita dengan senggugukan.

Malam itu lita menghabiskan malamnya dengan menangis dan berbicara di makam putranya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

usque in finem: the truth behind the perfect (EXTRA CHAPTER)

lanjutan bab 11 DARK

DARK (aira pov)