another heaven called love part 4 (end)

 

BAB 4

3 tahun setelahnya

Lita resmi bercerai dari ghatam dan berpisah juga dengan andreas dan dia akhirnya pindah ke beijing. Lita pun memulai hidup dan karirnya sebagai seorang business consultant untuk sebuah perusahaan di bidang shipping dan dia benar-benar menikmati hidupnya.

Sudah jam 8 malam tapi jalanan masih ramai dan lita duduk di sofa empuk sebuah café sambil menikmati segelas kopi yang terasa begitu pas di musim dingin seperti ini dan dia mengeluarkan ponselnya dan tersenyum melihat foto putranya di wallpaper ponselnya.

Jam 9 lita pulang ke rumahnya dan dia langsung rebahan di sofa memeluk sebuah bantal kecil yang ia jahit ke dalam sebuah baju anak kecil bertuliskan I’m asronot dan baju itu memiliki aroma khas putranya “nak, mama kangen deh” ujar lita dan dia tertidur di sofa sambil memeluk bantal kecil itu dan keesokan harinya dia memutuskan untuk pergi berbelanja kebutuhan rumah dan supermarket cukup ramai mungkin karena hari libur dan dia mengambil beberapa kebutuhan rumah dan setelah selesai berbelanja dia langsung pulang.

Setelah sampai rumah dan merapikan rumah dia mengambil tasnya dan pergi ke sebuah kuil di pusat kota dan dia ikut mengantri untuk membakar dupa dan menatap patung budha yang sedang duduk bersila setelah selesai dia keluar dari kuil dan berjalan santai menikmati hari libur dan dia mampir ke sebuah toko yang menawarkan jasa foto dan dia memesan untuk di buatkan foto untuk kematiannya dan fotonya di buat nuansa hangat dan dia tersenyum lalu hasil fotonya pun jadi, lalu dia pergi ke pengerajin yang biasa membuatkan papan nama bagi orang yang sudah meninggal dan dia memesan 2 papan nama yakni atas Namanya serta nama putranya yang di tuliskan dalam huruf cina dan di bagian bawahnya di tuliskan menggunakan huruf pinyin.

Dia pun pulang ke rumahnya dan mandi lalu dia yang masih memakai jubah mandi menatap foto serta papan nama itu dan dia menghela nafas dan dia mengirimkan soft file fotonya ke email kakak sepupu jauhnya yang beberapa waktu belakangan ini sering berhubungan dengannya dan dia memakai gaun putih dengan lengan balon dan dia mengambil papan Namanya dan dia pergi ke tetangganya, pintu rumah pun di bukan dan terlihat nenek tua yang membukanya dan nenek itu terlihat senang melihat kedatangannya dan mempersilahkanya masuk.

Nenek itu pun duduk bersebelahan dengan lita dan nenek itu mengusap lengan lita dan menggerakan tangan dan kepalanya isyarat bertanya ada apa? Lita tersenyum sendu dan menyerahkan papan nama dirinya ke nenek itu “po po, tolong bakar dupa dan doakan aku serta putraku” ujar lita pelan dan dia menggerakan tangannya memberi isyarat minta di bakarkan dupa dan di doakan dan nenek itu menangis dan mengusap kepalanya lembut dan penuh cinta lalu nenek itu menerima papan nama itu dan meletakannya di sebelah 2 papan nama lain yakni milik putra dan menantunya dan dia meletakan vas kecil untuk meletakan dupa di depan papan nama itu.

Nenek itu pun duduk kembali duduk di sebelah lita dan menggengam tangan lita dan dia merapikan rambut lita dan memasangkan tusuk rambut khas cina dengan ujung giok dan rantai yang menjuntai dan dia memasangkan lita anting di kedua telinganya dan dia memakaikan lita riasan wajah yang tipis namun begitu khas, lalu nenek itu menyuapi lita jioza khas yang di buat langsung olehnya dan lita menyerahkan belanjaan yang di belinya tadi dan nenek itu menatap kedua papan nama yang baru saja di letakannya dan tersenyum sendu dan dia menatap belanjaan yang di berikan oleh lita dan dia menganggukan kepalanya.

Menjelang malam dia pun pulang ke rumahnya dan duduk di tepi ranjangnya sambil menatap bantal beraromakan putranya dan dia beralih menatap ke nakas dan dia mengambil tabung kecil dan mengeluarkan 10 butir obat tidur dan dia langsung meminumnya sekaligus lalu dia berbaring dan menghela nafas dan meletakan bantal kecil itu di dadanya dan dia mendekapnya begitu erat dan perlahan jantungnya rasanya berdetak begitu cepat dan dia mulai tidak nyaman dan matanya begitu memberat dan dia menangis dan tersenyum tipis “nak,mama datang tunggu ya” ujar lita pelan dan akhirnya dia pasrah begitu kegelapan menjemputnya.

Keesokan harinya lita di temukan meninggal di kamarnya oleh cucu nenek tetangganya yang biasa mengantarkan bubur dan akhirnya jenazahnya pun di kremasi dan abunya di simpan dalam guci keramik bercampur giok.

 

THE END

Comments

Popular posts from this blog

usque in finem: the truth behind the perfect (EXTRA CHAPTER)

lanjutan bab 11 DARK

DARK (aira pov)