usque in finem: the truth behind the perfect (EXTRA CHAPTER)
(EXTRA CHAPTER INI TERJADI PADA MASA AWAL-AWAL PERNIKAHAN TRIANA DAN ALFITO)
~~~~~~~~~••••••~~~~~~~~~~~~
{ 1 }
jam 4 pagi sebuah alarm menyala dengan keras dan alfito yang mendengarnya segera mematikan alarm itu lalu dia melihat ke sebelahnya dimana triana masih tertidur dengan lelap.
alfito pun bergegas mandi lalu berpakaian dan dia tengah berkaca di cermin yang di pasang di pintu lemari dan dia melihat triana sedang kuliat alias meregakan badan di kasur seperti anak bayi.
"hm jam berapa?" tanya triana pelan dengan suara serak "jam 4 lewat" sahut alfito sambil mengancingi lengan kemejanya lalu triana memeluk guling "kamu ada operasi shubuh-shubuh begini?" tanya triana sambil duduk bersila di kasur dan menyelimuti dirinya.
"iya, hari ini ada operasi dari jam 6 sampai jam 8 pagi di lanjut jam 12 sampai jam 2" ujar alfito dan triana menganggukan kepalanya dan kembali berbaring di kasur.
"hari ini aku males mandi, gak usah ngomel kalo aku bau ya. tidur aja di kamar lain kalo gak sanggup" ujar triana sambil memeluk guling dan membelakangi alfito.
alfito menatap triana di cermin lalu dia berbalik dan naik ke atas kasur dan memeluk triana dari belakang "jangan nakal ya" ujar alfito dan triana mengiyakan lalu alfito menciumi bahu hingga lengan triana.
di perjalanan alfito pergi ke sebuah gudang di pelabuhan terbengkalai dan dia memakai masker medis khususnya juga sarung tangan latex with powder.
dia pun masuk ke dalam gudang itu dan terlihat banyak orang di dalam sana lalu alfito menatap seseorang yang tengah di rantai di tengah-tengah, tubuh orang itu mregang karena kedua tangan kakinya di rantai dengan begitu kencang dan ketat.
lalu alfito memeriksa tubuh orang itu "kurang bagus, dia ada tidak bersih" ujar alfito lalu seorang pria tua dengan yukata yang di balut dengan mantel menghampiri alfito.
"di cincang saja tapi pastikan wajahnya jangan terlalu hancur, akan ku kirimkan sebagai hadiah pada seseorang" ujar pria itu dan alfito menganggukan kepalanya.
dia pun menatap perkakas yang telah di siapkan dan dia mulai memutilasi tubuh orang itu lalu memotongnya menjadi kecil-kecil lalu mencincangnya.
setelah selesai dia menatap drum berisi kayu yang tengah di bakar dan apinya mrmbesar dan menjadi satu-satunya penerangan di gudang itu lalu dia membuka masker dan sarung tangan latexnya dan memasukannya ke dalam drum itu dia membuka kemeja putihnya dan memasukannya ke dalam drum itu.
"menetaplah di jepang" ujar pria dengan yukata berwarna biru gelap itu sambil menyerahkan alfito sebuah kemeja baru dari brand yang sama "ya aku sudah sempat memikirkannya sejak penawaranmu yang pertama tapi aku akan mendiskusikannya dulu dengan istriku" ujar alfito sambil merapikan kemeja yang telah ia pakai.
ia pun pergi ke rumah sakit dan menjalankan pekerjaannya begitu makan siang dia makan siang bersama para suster dari ruang OK (read OKA), alfito pun tidak turut serta dalam perbincangan tidak bermutu mereka dan fokus menyelesaikan makan siangnya.
"eh kita nanti kumpul dimana nih?" tanya salah satu suster pria sambil mengaduk mie ayamnya "loe mah kalo lagi ngumpul suka bawa minuman males gue, udah kalo mabok ngerepotin orang" ujar suster lain yang di iyakan oleh yang lainnya.
lalu suster pria itu kesal dan akhirnya menatap Dr.alfito "dok, bikin acaranya di rumah dokter aja ya. lagi pula kita semua belum pernah ketemu dan di kenalin ke istri dokter sejak nikah. nikahan juga gak ngundang-ngundang" ujar suster pria itu dsn alfito menatap suster pria itu malas.
tapi dari tatapannya semua orang tahu alfito tidak suka dengan suster pria itu, "rumah saya buka. tempat umum dan istri saya gak suka keramaian" ujar alfito, suster pria itu berdecak "sekali aja dok, pelit amat sih" ujar suster pria itu.
alfito pun melanjutkan makan siangnya "istrinya pasti mulus dan asoy banget ya dok sampe gak maj di spill? dulu ketemuannya dimana kali aja saya bisa dapet yang 11 12 kayak istrinya dokter" ujar suster cowok itu dan para suster lainnga memilih mengacuhkannnya.
lalu suster pria itu mendekatkan dirinya kepada alfito dan berbisik tentang hal vulgar tentang triana dan alfito menatapnya datar dan dingin namun membunuh lalu dalam sekejap alfito sudah mencengkram kerah (bagian lehernya bukan berarti kerah seperti kemeja) scrub yang di pakai pria itu lalu mendorong dengan kencang hingga menabrak meja lain.
meja yang tertabrak itu mundur cukup jauh dan suster itu berteriak kesakitan dan dia tidak bisa bangun lalu alfito menatapnya dan suster itu mengaduh kesakitan.
lalu alfito pergi dari sana dengan santai, keesokan harinya ia sengaja menjebak suster itu di ruang OK dan dia sudah menyiapkan sumpit kayu sekali pakai, lalu dia melihat suster itu tengah menata alat-alat di atas meja khusus untuk perkakas operasi.
lalu alfito segera menarik bagian belakang scrub suster itu dan memojokannya ke kasur operasi dan dia menyiksa suster itu hingga akhirnya dia menarij lidah suster itu keluar dan mencapkan sumpir kayu itu ke lidah pria itu hingga menembus kasur operasi.
"itu untuk sudah berkata yang tidak baik soal istriku" ujar alfito dan dia melanjutkan menyiksa pria itu hingga akhirnya tewas. di rumahnya seusai mandi alfito memeluk triana yang sedang sibuk bermain rubik di kasur dan dia menggerakan kepalanya di perut dan dada triana.
"jangan gerak-gerak" ujar triana dan alfito membuka kimono satin yang di pakai triana dan terlihat payudara triana yang ranum dan penuh lalu dia memasukannya ke dalam mulutnya dan menikmatinya.
yah memang dia perlu mengisi kembali dayanya setelah banyak tugas yang harus di selesaikan.
Comments
Post a Comment